
Menurut bank sentral Belanda, kuatnya sebuah bank juga ditentukan oleh moral, integritas, dan profesionalitas komisaris dan manajemen tim. Kegagalan bank bisa disebabkan oleh model bisnis yang tidak menguntungkan. Harry Pattikawa
Apakah pengawasan terhadap perbankan akan lebih efektif jika supervisi dilepas dari Bank Indonesia (BI) dan ditempatkannya di bawah naungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? Berdasarkan Undang-Undang (UU) BI Nomor 3 Tahun 2004, Pasal 34, lembaga ini harus didirikan paling lambat 31 Desember 2010.
BI telah menerima kritik keras dari publik yang juga dialami bank sentral di Eropa dan Amerika pada era krisis keuangan 2008. Akan tetapi, mendirikan lembaga pengawas keuangan yang baru itu tidak mudah dan memakan waktu.
Mengapa tidak menggunakan infrastruktur yang sudah ada, memperbaiki sumber daya manusia (SDM), dan membuat kontrol mekanis secara struktural. Untuk sebuah perbaikan, ada alternatif yang lebih efektif yang sesuai dengan pola dan situasi di Indonesia.
Perubahan Kultur dan Pengembangan SDM
Agenda utama reformasi hendaknya dilakukan oleh lembaga pengawasan yang ada. Sebagai pengawas, BI tidak bisa hanya berdasarkan pada teks buku atau rekomendasi Basel Commitee, tapi juga harus menjiwai kiprah perbankan dalam praktiknya dan insentif bankir.
Bila rasio solvabilitas (capital adequacy ratio atau CAR) sudah terlihat seksi dan likuiditas rasio tampak ayu, bukan berarti sudah sehat karena rasio-rasio itu mempunyai arti risiko yang berbeda di setiap fase dari putaran bisnis.
Alan Greenspan kepada BBC mengatakan, “Speculative excesses are a normal function of capitalism, it's human nature. Unless somebody can find a way to change human nature we will have another crisis.” Speculative excesses tertanam subur di kultur perbankan dan membahayakan.
Spekulasi yang sukses akan memperkaya pemilik dan manajemen. Tapi, bila gagal, kerugian harus ditanggung bersama, termasuk oleh rakyat kecil.
Belajar dari krisis, bank sentral Belanda contohnya, akan mengawasi keras aspek kualitatif dari perbankan, seperti tata cara, kultur, strategi, dan model bisnis.
Menurut bank sentral Belanda, kuatnya sebuah bank juga ditentukan oleh moral, integritas, dan profesionalitas komisaris dan manajemen tim. Bisa diambil pelajaran bahwa kegagalan bank juga sebabkan model bisnis yang tidak menguntungkan lagi sampai sedemikian rupa sehingga keuntungan hanya bisa diraih melalui pengambilan risiko yang amat besar.
Kegagalan Bank Century juga bisa dikaitkan dengan kegagalan model bisnisnya. Apabila model bisnisnya sustainable, insentif untuk penipuan akan lebih kecil.
Memahami bahasa sandi di perbankan tidak hanya dilakukan dengan merekrut pegawai muda di bawah 31 tahun, tapi langsung merekrut praktisi perbankan yang cukup senior, yang memiliki integritas dan keberanian.
“If you wish to win a man over to your ideas, first make him your friend”. Mungkin ini merupakan nasihat yang baik dari Abraham Lincoln kepada BI agar bagian pengawasan dapat mengerti speculative excesses secara dini dan tidak bisa dikelabui laporan resmi.
Sebagai cerminan, beberapa kali terlihat bank sentral Belanda menaruh artikel di koran dalam mencari pegawai-pegawai baru: “dicari teman kerja baru berpengalaman di perbankan untuk mengawas Rabobank”.
Adalah sebuah kekontrasan bila semua atau mayoritas staf di BI tingkat profesional, di luar top level yang diangkat melalui proses politik, dididik di dalam BI dan kemungkinan tidak memiliki working knowledge sebagaimana bila dikombinasikan dengan praktisi dari bank atau sektor finansial lain.
Kontrol Mekanisme
Bank sentral Belanda mempunyai dua badan yang mengontrol kebijaksanaan sentral bank. Yang pertama adalah “dewan komisaris” yang mensupervisi manajemen bank sentral.
Yang kedua, “perwakilan bank”, kepada siapa gubernur bank sentral melapor di bidang ekonomi dan juga membicarakan kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
Kedua badan tersebut beranggotakan para cendekiawan yang independen dan ada juga yang diangkat parlemen. Secara internal organisasi harus ada mekanisme yang mengontrol kebijaksanaan dan ini perlu didirikan.
BI tidak lain adalah organisasi seperti institusi lain yang juga memerlukan internal kontrol untuk mencapai tujuannya dan menjadi organisasi yang kuat.
Kalau pidato Barack Obama di-modified, “banking sector doesn’t need strong governors — it needs a strong central bank”.
Penulis adalah credit portfolio risk analys bekerja di sebuah bank di Belanda.